PCM Kasihan menyelenggarakan Kajian di Penghujung Tahun 2019 pada tanggal 31 Desember 2019 bersama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Yogyakarta Dr. Untung Cahyono, S,H,, M.Hum. Kajian di gelar di Masjid K.H. Ahmad Dahlan Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mulai pukul 20.00 – 22.30 WIB dengan dihadiri perwakilan dari anggota Pimpinan Ranting se Kecamatan Kasihan baik Muhammadiyah maupun Aisyiyah. Juga dihadiri oleh Organisasi Ortonom dan AUM se Kasihan.
Untung Cahyono menyampaikan bahwa satu aspek pokok yang menjadikan Muhammadiyah menjadi besar adalah pola organisasi yang selalu mengamalkan firman Allah SWT dalam surat Al Hasyr 18.
َا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Seiring dengan pengelolaan organisasi modern yang harus selalu melakukan audit terhadap kinerja. Maka Muhammadiyah sudah jauh-jauh hari melaksanakannya. Belajar dari pendirian Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang tergabung dalam PTM se Indonesia tidak lepas dari perbaikan terus menerus yang mendasarkan kepada evaluasi kinerja.
Selain itu Muhammadiyah berkembang karena kader-kader yang telah dihasilkannya. Beberapa kriteria kader ideal dalam Muhammadiyah harus memenuhi 4 syarat yaitu: Keislaman, Akademik-intelektual, Keorganisasian dan Kepemimpinan, serta Kepeloporan dan Kemanusiaan.
Untung Cahyono menutup kajiannya dengan menekankan bahwa warga Muhammadiyah harus bisa mengenali diri sehingga dapat membedakan dengan pribadi lainnya.Sehingga memgetahui karakter seperti apa yang harus dimiliki oleh warga Muhammadiyah. Salah satu jalannya adalah mengetahuinya dari Buku Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (BPHIWM). Pertanyaan besar bagi warga Muhammadiyah terlebih kepada para pengurus Muhammadiyah adalah “Sudahkah kita memahami atau setidaknya membaca buku tersebut?”