Bangunjiwo (18/6) Pimpinan Ranting Muhammadiyah Bangunjiwo Timur (PRM Bangunjiwo Timur) menyelenggarakan Pengajian Syawalan di Masjid Al Aziz Jerontabak Kasongan Bangunjiwo Kasihan Bantul, Senin 18 Juni 2018 dimulai pukul 20.00 WIB – selesai. Hadir sebagai penceramah duet kompak Ustadz Ananto Wibowo Pimpinan Pondok Gua Hirok dan Ustadz Imam Safiie dari Bojonegoro.
Hadir dalam Pengajian Akbar tersebut Lurah Desa Bangunjiwo Parjo, S.T., M.Si. sekaligus memberikan kata sambutannya. Beliau menyampaikan bahwa syawalan ini tradisi yang harus di”uri-uri“. Adat kegiataan yang nyunah, kata Beliau. Bagaimana tidak? Budaya saling memaafkan itu diperintahkan Allah SWT. Bahkan Allah SWT sangat mencintai hamba-hamaNya yang senang mensucikan diri “memohon maaf” baik kepada Allah SWT dengan istighfar maupun kepada sesama manusia dengan saling meminta maaf. Innallaha yuhibbut tauwabina wa yuhibbul mutthathahirin, tandasnya. Tapi meminta maafnya jangan hanya pada syawalan saja. Syawalan sebagai momentum bahwa ketika kita bersalah maka segeralah meminta maaf atau lebih bagus lagi ketika ada orang yang menyakiti kita, maka kita dengan ikhlas memaafkan. Dikatakan dalam firmanNya, yusari’u ila maghfiratimir Rabbikum. Maka surgalah yang akan diberikan oleh Allah SWT.
Jamaah pengajian yang jumlahnya ribuan hadir memenuhi komplek masjid Al Aziz, membludag sampai ke jalan Kasongan. Hadir pula undangan dari Tripika Kecamatan Kasihan terdiri dari Camat, Koramil, dan Kapolsek. Drs. Susanto, MPA., Camat Kecamatan Kasihan yang disambut resmi di Kasihan 6 Maret 2018. Sebelumnya Beliau menjabat sebagai Camat di Kecamatan Bantul Kota. Hadir pula Danramil Kasihan Mayor Inf. Nurhadi Suswanto juga Kapolsek Kasihan Kompol Supardi.
Pengajian Akbar yang diselenggarakan sebagai media syawalan tidak hanya diisi dengan tausiah juga dilakukan pemberian santunan kepada 15 anak yatim piatu.
Selain itu diselenggarakan juga penggalian dana untuk Pondok Pesantren Gua Hira Kalibawang untuk membangun lahan seluas kurang 5.000 meter persegi yang terletak di pinggir Sungai Progo. Pondok Pesantren ini dimanfaatkan khusus untuk birul walidain yaitu untuk pondok jompo.
Menurut Ustadz Ananto, pondok ini didirikan untuk mengantarkan orang-orang yang suda tua “jompo” dalam meniti akhir hidupnya dengan husul khatimah.
Selama ini pondok-pondok pesantren yang ada lebih fokus kepada generasi muda. Pendok pesantren sebagai pencetak da’i dan ilmuwan agama agar dapat melestarikan ilmu agama dan mengembangkan dakwah islamiah. Dan belum ada yang memperhatikan orang-orang-orang tua untuk menghadapi akhir dari kehidupannya. “Mohon maaf, kalimat ini terlihat fulgar. Tetapi itu kenyataannya!
Terlebih bagi orang tua yang tidak memiliki keluarga, tidak memiliki keturunan atau saudara yang dapat memperhatikan kehidupannya, khususnya kehidupan beragamanya. Maka alangkah mulianya jika kita membuatkan pondok pesantren khusus jompo untuk membantu beliau-beliau. Pondok pesantren ini gratis bagi para peserta sehingga perlu donatur untuk membangun dan menjaga keberlangsungan pondok.
Drs. Edy Susilo selaku ketua panitia sekaligus juga sebagai pengasuh Pondok Pesantren Gua Hira membenarkan penjelasan Ustadz Ananto. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi DIY ini juga aktif dalam kegiatan sosial keagamaan sebagai implementasi dari semangat membangun masyarakat. “Sekecil apapun peranan kita, Allah SWT akan mencatat dan memberikan penghargaan kepada kita. Sebagaimana kita tahu cerita seekor semut yang mencoba memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim AS. Secara nalar mungkin sia-sia, namun niat, keinginan, azam diwujudkan dalam tindakan. Dan Alloh SWT menempatkan semut sebagai binatang yang taat, sedangkan cicak dinobatkan sebagai binatang yang fasik karena meniup dan membesarkan api yang membakar Nabi Ibrahim AS. Walaupun secara nalar, seberapa besar tiupan cicak sehingga bisa membesarkan api?” Kata Edy Susilo.