“Cuaca saat ini sering berubah dari panas ke hujan yang kadang deras. Namun panas dan hujan harus disikapi dengan bersyukur kepada Allah, menerima sebagai pemberian terbaik dari Allah. Panas nggowo bregas, jawah nggowo berkah (panas membawa sehat, hujan membawa berkah). Apapun kondisi dan cuacanya kita harus selalu bersyukur kepada Allah. Dengan bersyukur kepada Allah dalam segala cuaca maka insaAllah kampung di Tirtonirmolo Barat khususnya atau di Kalurahan Tirtonirmolo secara umum dapat menjadi kampung yang “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur” dan “Gemah Ripah Loh Jinawi”, sebuah kondisi negeri/kampung yang diidealisasikan Islam.” Demikian disampaikan oleh Ketua PRM Tirtonirmolo Barat, H. Sofriyanto, mengawali sambutan pengajian.
Sofriyanto juga menyampaikan ajakan kepada jamaah pengajian untuk belajar dari sejarah kaum Saba’ yang dikisahkan dalam Al-Quran sebagaimana disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si. dalam Pidato Milad ke-112 di Kupang.
“Dalam Pidato Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah di Kupang beberapa waktu lalu, Ketua Umum kita mengisahkan kaum Saba’, salah satu golongan manusia yang dikisahkan Allah dalam Al-Qur’an (Surat Saba’ ayat 15–19). Mereka menetap di sebelah selatan negeri Yaman yang menempati suatu daerah yang amat subur. Hidup mereka makmur dan telah mencapai kemajuan yang tinggi. Mereka berhasil membangun “Bendungan Ma’rib” atau “Bendungan Al-Arim”, yang bekas arkeologinya ditemukan oleh peneliti Perancis tahun 1843. Setelah itu para peneliti lain menemukan beberapa batu tulis di antara reruntuhan Bendungan itu. Fakta sejarah itu membuktikan, dahulu kala di sebelah Selatan Yaman telah berdiri sebuah kerajaan yang maju, makmur, serta tinggi kebudayaannya.”
Sofriyanto menambahkan hikmah kaum Saba yang harus menjadi perhatian kita semua.
“Alih-alih bersyukur, kaum Saba’ ingkar dan tidak menjaga ketaatan mereka kepada Allah. Akibatnya Allah menghancurkan negeri mereka dengan banjir melalui bendungan canggih berteknologi tinggi yang mereka bangun. Kisah ini tentu harus menjadi pelajaran bagi kita agar bersyukur atas nikmat Allah, menjaga lingkungan, dan mematuhi perintah-Nya.”