IGABA KAPANEWON KASIHAN ADAKAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS SEKOLAH

share on:

Bantul (20/8), IGABA Kapanewon Kasihan menyelenggarakan pelatihan pengelolaan sampah berbasis sekolah bagi para Guru dan Tendik SPS, KB, TK ‘Aisyiyah se Kapanewon Kasihan. Kegiatan dikoordinir oleh IGABA Kapanewon Kasihan dan diikuti oleh 23 lembaga pendidikan anak usia dini ‘Aisyiyah dan dihadiri kurang lebih 70 peserta.
Kegiatan yang diselenggarakan selama sehari ini, bertujuan untuk membangun kesadaran menjaga lingkungan pada seluruh pengelola lembaga pendidikan anak usia dini khususnya di bawah naungan ‘Aisyiyah di wilayah Kapanewon Kasihan. Dari kegiatan ini diharapkan semua Guru, Tendik, Wali Murid, dan Siswa saling bersinergi dalam pengelolaan sampah yang ada di lingkungan sekolah. Sehingga sekolah menjadi lebih bersih, asri, nyaman dan dari hasil pengelolaan sampah bisa memberi manfaat lebih kepada lingkungan sekolah.

Hadir dalam kegiatan ini DIKDASMEN PCA Kasihan, Penilik dan Pengawas PAUD/TK Kapanewon Kasihan. Dalam kata sambutannya, semua sepakat mendukung program pelatihan pengelolaan sampah ini, karena sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan, serta bisa langsung dipraktekkan karena ilmu praktis. Jadi sekolah memberi nilai lebih pada Pendidikan karakter anak. Dari memulai kebiasaan yang baik untuk peduli dengan sampah masing-masing, tentu akan menjadi karakter yang kuat dalam diri anak untuk bertanggung jawab pada sampah yang dihasilkan.
Sebagai Narasumber dalam pelatihan pengelolaan sampah berbasis sekolah ini adalah Bapak Ananto Isworo, selaku Founder Gerakan Shadaqah Sampah Indonesia sekaligus Trainer Waste Management Training REPiSS (Rumah Edukasi Pilah Sampah Sederhana) Yogyakarta. Pada kesempatan yang sama, beliau baru saja menerima penghargaan Kalpataru Gubernur DIY tahun 2024 dalam kategori Pembina Lingkungan. Selain itu, Ananto Isworo juga bagian dari anggota IGABA Kapanewon Kasihan, Bantul.

Materi yang disampaikan dalam pelatihan tersebut, antara lain tentang pengelolaan sampah organik dan anorganik. Ananto mengutip data KLHK RI tahun 2021 bahwa sumber sampah terbesar adalah dari rumah tangga sebesar 41,3 %. Sedangkan sampah terbanyak adalah sampah organik sebanyak 27,5 % yakni berwujud sisa makanan. Maka diperlukan sikap bijak dalam menyelesaikan persoalan sampah ini dari sumbernya.

Dalam kegiatan ini diajarkan langsung bagaimana para Guru dan Tendik bisa mengelola sampah organik yang dihasilkan di sekolah dan diselesaikan langsung di sekolah. Sampah sisa makanan (organik) bisa dijadikan POC (Pupuk Organik Cair), bisa juga menjadi kompos padat untuk digunakan kembali sebagai media tanam baru atau tambahan untuk mempersubur tanah yang sudah ditanami dengan bunga atau buah-buahan di area sekolah.

Selain itu, diajarkan pula cara membuat POC, juga penanganan sampah dengan menggunakan LOSIDA (Lodhong Sisa Dapur) dengan berbagai varian, antara lain: LOSIDA Mono, LOSIDA Kaktus, LOSIDA Semar. LOSIDA Mini, LOSIDA Jumbo. Diajarkan pula cara mengolah sampah organik menjadi kompos tanah dengan metode Komposter Takakura. Sekolah juga bisa membuat pengolahan sampah komunal dengan membuat LUSO (Lubang untuk Sampah Organik) dengan membuat lubang tanah sedalam kurang lebih 120 m dan diberi cor semen untuk membuat sumur. Selanjutnya diberi tutup cor semen dan lubang untuk pembuangan sampah daun, sisa makanan, sisa sayuran.

Selain itu, Ananto juga mengajarkan bagaimana mengelola sampah anorganik khususnya botol plastic dan kertas yang biasanya banyak di sekolah dengan program sedekah sampah. Dimana Siswa diajarkan setiap hari Jumat bisa membawa sampah anorganiknya ke sekolah dan dijadikan sebagai sarana sedekah. Dari sampah yang terkumpul bisa dijual dan dananya bisa digunakan untuk membatu operasional sekolah, menambah gaji Guru atau pun untuk subsidi Siswa kurang mampu. Siswa juga bisa bersedekah dengan sampah setiap hari, jika mereka membawa bekal minuman susu botol plastic, maka setelah habis bisa dimasukkan dalam keranjang sedekah botol plastik yang disediakan di sekolah. Sehingga botol-botol tersebut tidak tercampur dengan sampah lainnya. Program semacam ini sudah dilakukan juga oleh puluhan sekolah setingkat SMP, SMA dan Pesantren di DIY dan dibina oleh Ananto.

Kelanjutan dari pelatihan ini diharapkan masing-masing sekolah bisa menerapkan dan memulai pengelolaan sampah dari hal yang kecil. Sehingga seluruh penghuni sekolah bisa bersama-sama membangun habit kebiasaan yang baik. Sampah yang dikelola, baik organik dan anorganik bisa bermanfaat bagi sekolah dan warga sekolah. Harapannya sekolah-sekolah PAUD/TK ‘Aisyiyah di Kasihan bisa menjadi percontohan bagi sekolah lainnya. Program semacam ini sudah dilakukan juga oleh puluhan sekolah setingkat SMP, SMA dan Pesantren di DIY dan dibina oleh Ananto selaku Ketua LDK PWM D.I. Yogyakarta.(Ant)

Leave a Response